Advertisement

Sabtu, 10 Desember 2016

Resume Islam di Spanyol



ISLAM DI SPANYOL
DAN PENGARUHNYA TERHADAP
RENAINSANS DI EROPA

                Setelah berakhirnya periode klasik islam,Ketika Islam mulai memasuki masa kemunduran Eropa bangkit dari keterbelakangannya,Kebangkitan itu bukan saja terlihat dari bidang politik,tetapi- kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.Bidang ilmu teknologi itu yang mendukung keberhasilan politiknya.Dari spayol islam Eropa banyak menimba ilmu,Ketika islam mencapai masa   keemasan,Spayol merupakan peradapan islam yang sangat penting,meyaingi Bagdat di Timur.Islam menjadi guru bagi orang Eropa,Islam spayol bayak menarik perhatian para sejarawan.                           

A.     MASUKNYA ISLAM KE SPANYOL                                                                    
Spanyol diduduki umat islam pada Zaman Khalifah Al- Walid (705-715 M) seorang khali dari Bani Umayah yang berpusat di Damaskus.Sebelum penaklukan spanyol,umat Islam menguasain Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu propingsidari dinasti Bani Umayah.Penguasaan sepenuh nya atas AFRIKA Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abdal Malik mengangkat Hasan Ibn Nu’man al-Ghassani menjadi gubernur daerah itu. Di zaman Alwalid memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Alzajair dan Maroko. Penaklukan wilayah Afrika Utara sampai menjadi salah satu propinsi dari Khalifah Bani Umayah selama 53 tahun.
Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat 3 pahlawan islam yang paling berjasa mereka adalah Tharif  ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Musa ibn Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke Spanyol 7000 orang dibawah pimpinan Thariq ibn Ziyad. Thariq ibn Ziyad lebih banyak terkenal sebagai penakluk Spanyol karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata.
Musa  mengirimkan pasukan sebanyak 5000 personil,sehingga pasukan Thariq seluruhnya 12000. jumlah ini belum sebanding dengan pasukan Ghotik yang jumlahnya lebih besar 100.000 orang. Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibnu Ziyad membuk jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi,untuk itu Musa ibnu Nushair merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan maksud membantu perjuangan Tahriq. Setelah Musa berhasil menaklukan Sidonia, Karmona, Seville,dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Gothic, Theodomir di Orihuela,ia bergabung dengan Thariq di Torledo, selanjutnya keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utara mulai dari Saragosa sampai Naverri.
Gelombang perluasan wilayah berikutnya,muncul pada masa pemerintahan Khalifa Umar ibnu Abdul Aziz tahun 1999 H / 717 M. Sasaran ditunjukan untuk menguasai daerha sekitar pegunnungan Pyrenia dan prancis selatan. Pimpinan pasukan dipercayakan kepada AL- Shamah,tetapi usaha itu gagal dan ia sendiri terbunuh, pada tahun 102 H. Selanjutnya pimpinan pasukan di serahkan kepada Abd Al-rahman ibn Abdullah al-Ghafiqi.Dengan pasukannya ia meyerang kota Bordesu,Poiter,dan mencoba meyerang kotaTours.Diantara kota Poiter dan Tours ia ditahan oleh Charrles Martel,sehingga peyerangan di Prancis gagal,dan tentara yang di pimpinnya kembali lagi ke Spanyol.Gelombang ke dua terbesar dari peyerbuan kaum Muslimin di mulai pada permulaan abad ke-8M,menjangkau seluruh Spanyol dan menjangkau Prancis Tengah dan bagian bagian penting dari Italia.Kemenangan yang di capai umat islam nampak begitu mudah,hal itu tidak dapat di pisahkan dari faktor eksternal dan internal yang menguntungkan.yang di maksud faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri Spanyol sendiri.Akan tetapi setelah Spanyol berada di bawah kekuasaan raja Goth,perekonomian melumpuh dan kesejah teraan masyarakat menurun.Awal kehancuran negara Goth adalah ketika raja Roderick memindahkan ibu kota negara nya dari Seville ke Toledo.
Adapun yang di maksud faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa toko toko pejuang dan para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya.PARA Pemimpinnya adalah tokoh tokoh yang kuat,tentarannya kompak,bersatu dan penuh percaya diri,mereka pun cakap, berani dan tabah dalam menghadapi setiap persoalan.

B.      PERKEMBANGAN ISLAM DI SPANYOL

.               Sejak pertamakali menginjakan kaki di Spanyol hingga jatuh nya kerajaan islam terakhir disana.Islam memainkan peran sangat besar,Masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad.Sejarah islam Spanyol dibagi menjadi enam periode yaitu:

1.       Preode Pertama (711-755 M)
Pada periode ini,spanyolberada di bawah pemerintahan para wali yang di angkat oleh Khalifah Bani Umayah yang berpusat di  Damaskus,pada masa ini periode ini stabil politik negri Spanyol belum tercapai secara sempurna,gangguan gangguan masih terjadi,baik datang dari luar mau pun dari dalam.Gangguan dari luar dari sisah sisah musuh Islam di Spanyol yang bertempat tinggal di  pegunungan,mereka tidak pernah tunduk kepada pemerintahan Islam,gerakan ini terus memperkuat diri.Setelah berjuang lebih dari 500 tahun mereka mampu mengusir Islam dari bumi Spanyol.
 
2.        Preode kedua (755-912)

Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir (panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan islam,yang  ketika itu dipegang oleh Khalifah Abbasiyah di Baghdad.Amir pertama adalah Abdurrahman 1 yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755M dan diberi gelar AL-Dakhil (yg masuk ke Spanyol).Dia adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil lolosdari kejaran bani abbas.pengusa penguasa Spanyol pada periode ini adalah Abd al-Dakhil,Hisam 1,Hakim 1,Abd al-Rahman al-Ausath,Muhammad ibn Abd al-rahman,Munzir ibn Muhammad dan Abdullah ibn Muhammad.
Pada periode ini umat islam Spanyolmulai memperoleh kemajuan kemajuan,baik dalam bidang politik maupun dalam bidang peradapan.Abd al- Rahman al- Dakhil mendirikan masjid Cardofa dan sekolah sekolah di kota besar Spanyol.Hisyam dikenal berjasa dalam menegakan hukum islam dan Hakam di kenal sebagai pembaharu dalam bidang kemileteran.Dialah yang meprakasai tentara bayaran di Spanyol,sedangkan Abd  al-Rahman al-Ausath di kenal sebagai penguasa yang cinta ilmu.
3.       Periode ketiga (912-1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abd al-Rahma III yang bergelar”An –Na
Sir”sampai muncul raja rajakelompokyg dikenal dengan sebutan Muluk al- Thawaif. Periode ini spanyol di Perintah penguasa dengan gelar Khalifah,Khalifah – Khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang yaitu Abd al- rahman al-Nasir ( 912 -961 M), Hakam II (961 – 976 M), dan Hisyam II (976 – 1009 M).Pada periode ini umat Spanyol memcapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah di Baghdad. Abd al-Rahman al- Nasir mendirikan Universitas cordova. Awal dari kehancuran Khalifah Bani umayah di Spanyol adalah ketika Hisyam naik tahta dalam usia sebelas tahun.
4.       Periode keempat (1013 – 1086 M)
        Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil di bawah pemerintahan raja – raja golongan atau Al – mulukuth – Thawaif, berpusat di suatu kota seperti seville, cordova, toledo dan sebagainya. Pada periode ini Spanyol kembali memasuki masa pertikaian intern. 
5.       Periode kelima (1086 – 1248 M)
Pada periode ini spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa negara , tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan dinasti Murabithun (1086 – 1143 M) dan dinasti Muwahhidun (1146 – 1235 M). Dinasti murabithun adalah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf ibn Tsyfin di Afrika utara,pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Raja –raja muslim, yusuf melangkah lebih jauh untuk menguasai Spanyol dan ia berhasil untuk itu. Pada masa dinasti Murabithun, saragosa jath ke tangan Kristen. Pada tahun 1146 M penguasa dinasti muwahhidun yang berpusat di Afrika utara merebut daerah ini,Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumart (w.1128). Dibawah pimpinan Abd al-Mun’im. Tahun 1114 dan 1154 M,kota –kota muslim penting, Cordova,Almeria, dan Granada jatuh kebawah kekuasaannya,dan kekuasaan Kristen dapat di pukul mundur. Akan tetapi setelah itu, Muwahhidu mengalami keambrukan  Pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar di las Navas de Tolesa.
6.       Periode keenam  ( 1248 – 1492 M)
Pada periode ini,Islam hanya berjaya di daerah Granada, dibawah dinasti Bani Ahmar (1232- 1492 ).  Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti Zaman  Abdurrahman An –nasir. Kekuasaan islam yang merupakan pertahan terakhir di Spanyol ini berakhir karna perselisihanorang – orang dalam memperebutkan kekuasaan.  Berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol pada tahun 1492 M. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat islam di daerah ini.

C.      KEMAJUAN PERADABAN

Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai kejayaan disana. Banyak prestasi yang diperoleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa, dan kemudian dunia, kepada kemajuan yang lebih komplek.
1.       Kemajuan Intelektual
Spanyol adalah negri yang subur. Kesuburan itu mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi yang tinggi dan pada gilirannya banyak menghasilkan pemikir.

a.       Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sngat brilian dalam
bentangan sejarah islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang  dilalui ilmu pengetahuan Yunani Arab ke Eropa pada abad ke-21.
Tokoh utama pertama dalam sejarah Filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn al-Sayigh yang lebih dikenal sebagai Ibn Bajjah. Dilahirkan di Sarangosa, ia pindah ke Sevilla dan Granada. Meninggal karena keracunan di Fez tahun 1138 M dalam usia yang masih muda.
Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kcil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut tahun 1185 M. Ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.
b.      Sains
Ilmu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain juga berkembang dengan baik. Abbas ibn Farnas termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ialah orang pertma yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya al-Naqqashmterkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menetukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat –obatan. Umm al-Hasan bint Abi Ja’far dan saudara perempuan al-Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran dari kalngan wanita.
c.       Fikih
Dalam bidang fikih, Spanyol Islam dikenal sebagai penganut mazhab Maliki.
d.      Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan seni suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki Zaryab.
e.      Bahasa dan Sastra
Basa Arab telah menjadi bahsa administrasi dalam pemerintahan di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang non-Islam. Penduduk asli Spanyol menomor duakan bahasa asli mereka.
Seiring dengan kemajuan bahsa itu, karya-karya sastra banyak bermunculan, seperti Al-‘Iqd al Farid karaya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakariyah fi Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam, kitab al-Qalaid buah karya al-Fath ibn Khaqan, dan banyak lagi lainya.

2.       Kemegahan Pembambungan Fisik

Orang- orang Arab memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan irigasi.
Industri, disamping pertanian dan perdagangan, juga merupakan tulang punggung Spanyol Islam. Di antaranya adalah tekstil, kayu, kulit, logam, dan industri barang-barang tembikar.
Pembangunan fisik paling menonjol adalah pembangunan gedung-gedung, pembangunan kota, istana , masjid, pemukimam, dan taman-taman.
Pembangunan yang megah adalah mesjid Cordova, kota al-Zahra, istana Ja’fariyah disaragosa, tembok  Toledo, istana al-Makmum, mesjid Sevilla, dan istana al-Hamra di Granada.
a.       Cordova
Cordova adalah ibu kota Spanyol sebelum Islam, yang kemudian diambil alih oleh Bani Umayyah. Diantara kebanggaan kota Cardova lainnya adalah mesjid Cordova. Ciri khusus kota-kota Islam adalah adanya tempat pemandian. Di Cordova saja terdapat 900 pemandian. Penguasa muslim mendirikan saluran air dari pegunungan  yang panjangnya 80 km.
b.      Granada
Granada adalah tempat pertahanan umat Islam di Spanyol. Di sana berkumpul sisa-sisa kekuatan Arab dan pemikir Islam. Posisi Cordova diambil alih oleh Granada di masa-masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol.

3.       Faktor-faktor Pendukung Kemajuan
Kemajuan sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa,
yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti Abd al-Rahman al-Dakhil, Abd al-Rahman al-Wasith dan Abd al-Rahman al-Nashir. Toleransi beragama ditegakkan oleh para penguasa terhadap penganut agama Kristen dan Yahudi, sehingga mereka ikut berpartisipasi mewujudkan peradaban Arab Islam di Spanyol. Meskipun ada persaingan yang sangat sengit antara Abbasiyah di Baghdad dan Umayyah di Spanyol, hubungan budaya dari timur dan barat tidak selalu berupa peperangan. Perpecahan politik pada masa Muluk al-Thawa’if dan sesudahnya tidak menyebabkan mundurnya peradaban. Masa itu, bahkan merupakan puncak kemajuan ilmu pengetahuan, kesenian, dan kebudayaan Spanyol Islam.

D.      PENYEBAB KEMUNDURAN DAN KEHANCURAN  

1.       Konflik Islam dengan Kristen
Kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen.
Hal  itu menyebabkan menyebabkan kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat , sementara umat Islam sedang mengalami kemundran.

2.       Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Kelompok-kelompok etnis non Arab yang ada sering menggerogoti dan merusak
perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap sejarah sosio-ekonomi negri tersebut. Hal ini menunjukkan tidk adanya idologi yang dapat memberi makna persatuan, di samping kurangnya figur yang dapat menjadi personifikasi ideologi tersebut.

3.       Kesulitan Ekonomi
Para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan
sangat “serius” , sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.

4.       Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Perebutan kekuasaan diantara ahli waris.

5.       Keterpencilan
Selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara.
Dengan demikian, tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen disana.

E.       PRENGARUH PERADABAN SPANYOL ISLAM DI EROPA
Spanyol merupakn tempat yang paling utama di Eropa penyerap peradaban Islam, baik
dalam bentuk hubungan politik, sosial, maupun perekonomian dan peradaban antarnegara. Spanyol berada di bawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan negara tetangga-tetangganya di Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan sains disamping bangunan fisik. Yang terpenting diantaranya adalah pemikiran Ibn Rusyd (1120-1198 M) . Ia melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan kebebasan berpikir. Ia mengedepankan sunnatullah menurut pengertian Islam terhadap pantheisme dan anthropomorphisme Kristen. Hingga di Eropa timbul gerakan Averroreisme ( Ibn Rusyd-isme) yang menuntut kebebasan berpikir. Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaissance) pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-14 M. Walaupun Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara yang sangat kejam, tetapi ia telah membidangi gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah: kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik (renaissance) pada abad ke-14 M yang bermula di Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16 M, rasionalisasi pada abadbke-17 M, dan pencerahan (aufklaerung) pada abad ke-18 M. 

Rabu, 02 November 2016

Keadaan Bangsa Arab Sebelum Kelahiran Islam



KEADAAN BANGSA ARAB SEBELUM KELAHIRAN ISLAM
Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Tarekh Tasryi’
Dosen Pengampuh Kholid Hidayatullah, M.H.I





Disusun Oleh
1.      DESCA BARI NURJANAH
2.      LIA MUFDALIFAH
3.      BELLANDRA






JURUSAN SYARIAH
PRODI PENDIDIKAN HUKUM EKONOMI SYARIAH
SEKOLAH TINGGI ILMU SYARIAH MUHAMMADIYAH (STIS)
PRINGSEWU-LAMPUNG
2015-2016


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

 Puji  syukur  kehadirat  Allah  Subhanahu  Wata’ala, yang telah melimpahkan  rahmat dan  karunia-Nya  kepada penulis, sehingga  penulis  dapat  menyelesaikan makalah ini  tepat  pada  waktunya. Sholawat  serta  salam  tidak  lupa  kami  haturkan kepada Nabi Muhammad Salallahu ‘Alaihi Wassalam. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan  terima  kasih  kepada pembimbing yang telah bersedia membimbing kami dalam penyusunan makalah ini, sehingga penyusunan makalah dengan judul Islam Pada Zaman Walisongo ’’ dapat terselesaikan tanpa ada halangan apapun. Penyelesaian makalah ini adalah sebagai salah satu tugas mata kuliah  Sejarah Peradaban Islam ”.
Penyusunan makalah ini berdasarkan literatur yang ada.  Penyusun menyadari akan adanya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Namun, makalah ini sedikit banyaknya bermanfaat bagi penyusun khususnya dan mahasiswa/i lainnya.
          Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, dengan hati terbuka kami menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun.

Wassalamualaikum Wr.Wb


 Pringsewu, 21 September 2015

                                                                        

                                                                                                    Kelompok




DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................   i
KATA PENGANTAR........................................................................................................   ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................   iii
BAB  I  PENDAHULUAN................................................................................................   1
A.   Latar Belakang...............................................................................................   1
B.   Rumusan Masalah..........................................................................................   2
C.   Tujuan.............................................................................................................   3
BAB II  PEMBAHASAN..................................................................................................   3
A.  
B.  
BAB III PENUTUP............................................................................................................   11
A.                                                                                                                               11
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................   12

 

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Sejarah masuknya Islam ke wilayah Nusantara sudah berlangsung demikian lama, sebagian berpendapat bahwa Islam masuk  pada abad ke-7 M  yang datang lansung dari Arab. Pendapat lain mengatakan bahwa Islam masuk pada abad ke-13, dan ada juga yang berpendapat bahwa Islam masuk pada sekitar abad ke 9 M atau 11 M . Perbedaan pendapat tersebut dari pendekatan historis semuanya benar, hal tersebut didasar bukti-bukti sejarah serta penelitian para sejarawan yang menggunakan pendekatan dan  metodenya masing-masing.
Berdasarakan beberapa buku dan keterangan sumber referensi sejarah, bahwa Islam mulai berkembang di Nusantara sekitar abad 13 M. Hal tersebut tak lepas dari  peran tokoh serta ulama yang hidup pada saat itu, dan diantara tokoh yang sangat berjasa dalam proses Islamisasi di Nusantara terutama di tanah Jawa adalah “ Walisongo”. Peran Walisongo dalam proses Islamisasi di tanah Jawa sangat besar. Tokoh Walisongo yang begitu dekat dikalangan masyarakat muslim kultural  Jawa sangat mereka hormati. Hal ini karena ajaran-ajaran dan dakwahnya yang unik serta sosoknya yang menjadi teladan serta ramah terhadap masyarakat Jawa sehingga dengan mudah Islam menyebar ke seluruh wilayah Nusantara.
Walisongo menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa yang terbagi dari Surabaya-Gresik-Lamongan JawaTimur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat. Keberhasilan Islamisasi Jawa merupakan hasil perjuangan dan kerja keras Walisongo. Proses Islamisasi berjalan dengan damai, baik politik maupun kultural, meskipun terdapat konflik itupun sangat kecil sehingga tidak mengesankan sebagai perang maupun kekerasan ataupun pemaksaan budaya. Penduduk Jawa menganut dengan suka rela. Walisongo menerapkan metode dakwah yang lentur atau baik sehingga dapat diterima baik oleh masyarakat jawa. Kehadiran para Wali ditengah-tengah Pulau Jawa tidak dianggap sebagai ancaman.
Para Wali ini menyebarkan agama Islam dengan menggunakan pendekatan budaya dengan cara akuluturasi seni budaya lokal yang dikemas dengan Islam seperti wayang, tembang jawa, gamelan , upacara-upacara adat yang digabungkan dengan Islam dan dengan kepiawaan para Wali menggunakan unsur-unsur lama (Hindu-Buddha) sebagai media dakwah mereka dan sedikit demi sedikit memasukan nilai-nilai ajaran agama islam kedalam unsur tersebut atau dapat disebut metode sinkretisme yang berarti pencampuradukan sebagai unsur aliran atau paham sehingga yang bentuk abstrak yang berbeda membentuk keserasiaan. Dengan berkembang pesatnya Islam pada masa Walisongo tersebut maka kita akan mencoba membahasnya dalam makalah ini.
B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang masalah, maka kami memuat rumusan masalah sebagai berikut :
1.    Siapakah  Walisongo itu?
2.    Melalui bidang apa saja walisongo menyebarkan agama islam?
3.    Bagaimana pendekatan unsur-unsur dakwah Islam Walisongo?
4.    Bagaimana eksistensi metode dakwah Walisongo pada masa kini?

C.  Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.    Ingin mengetahui siapa walisongo itu.
2.    Ingin mengetahui peran Walisongo di berbagai bidang dalam menyebarkan Agama Islam.
3.    Ingin mengetahui pendekatan unsur-unsur dakwah Islam Walisongo
4.    Ingin mengetahui eksistensi metode dakwah Walisongo pada masa kini.


BAB II
PEMBAHASAN
A.   Asla-Usul Walisongo

 Kata “wali” berasal dari bahasa Arab yang artinya pembela, teman dekat, dan pemimpin. Dalam pemakaiannya wali biasanya di artikan sebagai orang yang dekat dengan Allah SWT. Adapun kata “songo” berasal dari bahasa Jawa yang artinya sembilan. Maka, Wali Songo secara umum diartikan sebagai sembilan wali yang dianggap telah dekat dengan Allah SWT dan terus-menerus beribadah kepada-Nya serta memiliki kemampuan-kemampuan diluar kebiasaan manusia.
 Para sembilan Wali itu ialah Maulana Malik Ibrahim adalah yang tertua. Sunan Ampel adalah anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.
 Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya- Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak- Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru, mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan. Mereka mendapat gelar susuhunan (sunan), yaitu sebagai penasehat dan pembantu Raja. Para Wali melakukan dakwahnya dengan sangat tekun, mereka mampu memahami kondisi masyarakat Jawa pada saat itu.
 Menurut Soekomono, pakar purbakala dan sejarah kebudayaan dari UGM, Wali Songo (9 orang waliyullah) adalah penyiar penting agama agama Islam di Jawa. Mereka dengan sengaja menyebarkan dan mengajarkan pokok-pokok ajaran Islam di tanah Jawa..
 Pendapat lain yang mengatakan bahwa Walisongo adalah sebuah majelis dakwah yang pertama kali didirikan oleh Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) pada tahun 1404 Masehi (808 Hijriah). Saat itu, majelis dakwah Walisongo beranggotakan Maulana Malik Ibrahim sendiri, Maulana Ishaq (Sunan Wali Lanang), Maulana Ahmad Jumadil Kubro (Sunan Kubrawi); Maulana Muhammad Al-Maghrabi (Sunan Maghribi); Maulana Malik Isra'il (dari Champa), Maulana Muhammad Ali Akbar, Maulana Hasanuddin, Maulana 'Aliyuddin, dan Syekh Subakir.
 Wali songo sangat berperan penting dalam penyebaran Islam di Indonesia khususnya di Jawa. Cara penyebaran Islam yang dilakukan oleh para wali songo sangat menarik. Mereka mampu menggunan metode-metode yang memudahkan ajaran Islam diterima oleh berbagai golongan maayarakat.

B.   Peran Walisongo dalam berbagai bidang
 Dari gambaran singkat tentang perjalanan hidup dan perjuangan walisongo dalam menyebarkan agama Islam di daerah Jawa, khususnya dan di wilayah nusantara pada umumnya, maka peran mereka dapat dibentuk seperti Bidang Pendidikan, Bidang Politik dan yang paling terkenal adalah Bidang Dakwah. Dan dikalisifisikan menjadi:
1.     Bidang Pendidikan
 Peran walisongo di bidang pendidikan terlihat dari aktivitas mereka dalam mendirikan pesantren, sebagaimana yang dilakukan oleh Sunan Ampel, Sunan Giri, dan Sunan Bonang. Sunan Ampel mendirikan pesantren di Ampel Denta yang dekat dengan Surabaya yang sekaligus menjadi pusat penyebaran Islam yang pertama di Pulau Jawa. Di tempat inilah, ia mendidik pemuda-pemudi Islam sebagai kader, untuk kemudian disebarkan ke berbagai tempat di seluruh Pulau Jawa. Muridnya antara lain Raden Paku (Sunan Giri), Raden Makdum Ibrahim (Sunan Bonang), Raden Kosim Syarifuddin (Sunan Drajat), Raden Patah (yang kemudian menjadi sultan pertama dari Kerajaan Islam Demak), Maulana Ishak, dan banyak lagi mubalig yang mempunyai andil besar dalam islamisasi Pulau Jawa. Sedangkan Sunan Giri mendirikan pesantren di daerah Giri. Santrinya banyak berasal dari golongan masyarakat ekonomi lemah. Ia mengirim juru dakwah terdidik keberbagai daerah di luar Pulau Jawa seperti Madura, Bawean, Kangean, Ternate dan Tidore. Sunan Bonang memusatkan kegiatan pendidikan dan dakwahnya melalui pesantren yang didirikan di daerah Tuban. Sunan Bonang memberikan pendidikan Islam secara mendalam kepada Raden Fatah, putera raja Majapahit, yang kemudian menjadi sultan pertama Demak. Catatan-catatan pendidikan tersebut kini dikenal dengan Suluk Sunan Bonang.
2.     Bidang Politik
 Pada masa pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa, Walisongo mempunyai peranan yang sangat besar. Di antara mereka menjadi penasehat Raja, bahkan ada yang menjadi raja, yaitu Sunan Gunung Jati. Sunan Ampel sangat berpengaruh dikalangan istana Majapahit. Istrinya berasal dari kalangan istana dan Raden Patah (putra raja Majapahit) adalah murid beliau. Dekatnya Sunan Ampel dengan kalangan istana membuat penyebaran Islam di daerah Jawa tidak mendapat hambatan, bahkan mendapat restu dari penguasa kerajaan. Sunan Giri fungsinya sering dihubungkan dengan pemberi restu dalam penobatan raja. Setiap kali muncul masalah penting yang harus diputuskan, wali yang lain selalu menantikan keputusan dan pertimbangannya. Sunan Kalijaga juga menjadi penasehat kesultanan Demak Bintoro.
3.     Bidang Dakwah
 Sudah jelas sepertinya, peran Walisongo cukup dominan adalah di bidang dakwah, baik dakwah melalui  lisan. Sebagai mubalig, Walisongo berkeliling dari satu daerah ke daerah lain dalam menyebarkan agama Islam. Sunan Muria dalam upaya dakwahnya selalu mengunjungi desa-desa terpencil. Salah satu karya yang bersejarah dari walisongo adalah mendirikan mesjid Demak. Hampir semua walisongo terlibat di dalamnya. Adapun sarana yang dipergunakan dalam dakwah berupa pesantren-pesantren yang dipimpin olehpara Walisongo dan melalui media kesenian, seperti wayang. Mereka memanfaatkan pertunjukan-pertunjukan tradisional sebagai media dakwah Islam, dengan membungkuskan nafas Islam ke dalamnya. Syair dari lagu gamelan ciptaan para wali tersebut berisi pesan tauhid, sikap menyembah Allah dan tidak menyekutukanya atau menyembah yang lain.
C.   Pendekatan Unsur – Unsur dakwah Walisongo
 Struktur dakwah pada masa WaliSongo meliputi unsur – unsur dakwah sebagai berikut:
1.    Da’i
Walisongo berdakwah dengan cara damai. Yakni dengan pendekatan pada masyarakat pribumi dan akulturasi budaya (percampuran budaya Islam dan budaya lokal). Maulana Malik Ibrahim sebagai perintis mengambil peranannya di daerah Gresik, setelah beliau wafat wilayah ini di kuasai oleh Sunan Giri, Sunan Ampel mengambil posisinya di Surabaya, Sunan Bonang di Tuban, sementara itu Sunan Drajat di Sedayu, sedangkan di Jawa Tengah ada tiga wali yaitu Sunan Kudus yang mengambil wilayah di Kudus, Sunan Muria pusat kegiatan dakwahnya terletak di Gunung Muria (sekitar 18 km sebelah utara Kota Kudus), dan Sunan Kalijaga berdakwah di Demak, sedangkan di Jawa Barat hanya ada satu orang wali saja yaitu Sunan Gunung Jati.
Sunan Gunung Jati menjadi Raja muda di Cirebon dan Banten di bawah lindungan Demak, dan Sunan Giri bukan hanya ulama, namun juga pemimpin pemerintahan, jadi beliau bersifat al-ulama wa al-umara, sedangkan tujuh wali yang lain hanya bersifat al-ulama saja.
2.    Mad’u
Kondisi mad’u pada masa wali ini termsuk mad’u ummah karena pada saat itu mereka masih beragama hindu – budha, akan tetapi ada juga sebagian yang menerima islam sebagai agamanya, jadi pada masa wali songo ini termasuk mad’u ijabah dan mad’u ummah
3.    Materi
Materi dakwah yang di terapkan pada dakwah Walisongo ini adalah akidah, syari’ah dan muamalah, dimana para Wali menanamkan akidah kepada masyarakat setempat,karena menghawatirkan penyimpangan akidah akibat tradisi masyarakat jawa,serta memperhatikan secara khusus kepada kesejahteraan social dari fakir miskin,mengorganisir amil,zakat dan infak, dan juga mengajarkan ilmu – ilmu agama seperti ilmu fikih, ilmu hadis, serta nahu dan saraf kepada anak didiknya.
4.    Metode
Meskipun tidak membawa bendera tertentu kecuali Islam dan Ahl al-Sunnah Wa al-Jama’ah, metode dakwah yang digunakan Walisongo adalah penerapan metode yang dikembangkan para sufi Sunni dalam menanamkan ajaran Islam melalui keteladanan yang baik. Aliran teologinya menggunakan teologi Asy’ariyah, sedangkan aliran sufistiknya mengarah pada Al-Ghazali. Jejak yang ditinggalkan Walisongo itu terlihat dalam kumpulan nasihat agama yang termuat dalam tulisan-tulisan para murid dalam bahasa Jawa yang dikenal dengan primbon, yang menggambarkan hakikat aliran tasawuf yang mereka anut dan kembangkan. Hal ini juga didasarkan pada manuskrip yang ditemukan Drewes yang diperkirakan ditulis pada masa transisi dari Hinduisme kepada Islam, yakni pada masa Walisongo hidup. Dalam manuskrip yang menguraikan tasawuf itu terdapat beberapa paragraf cuplikan dari kitab al-Bidayah wa al-Nahayah karya al-Ghazali.
Kendati demikian, metode dakwah yang dilakukan para wali berbeda-beda. Metode yang dilakukan Sunan Kudus tampak unik dengan mengumpulkan masyarakat untuk melihat lembu yang dihias sedemikian rupa sehingga tampil bagai pengantin itu kemudian diikat di halaman masjid, sehingga masyarakat yang ketika itu masih memeluk agama Hindu datang berduyun-duyun menyaksikan lembu yang diperlakukan secara istimewa dan aneh itu. Sesudah mereka datang dan berkumpul di sekitar masjid, Sunan Kudus lalu menyampaikan dakwahnya. Cara ini praktis dan strategis untuk menarik minat masyarakat yang masih banyak menganut agama Hindu. Seperti diketahui, lembu merupakan binatang keramat Hindu.
Terhadap tokoh-tokoh masyarakat yang keras dan gigih menentang dakwah Islamiyah, para wali menerapkan metode al-mujadalah billati hiya ahsan (berbantah-bantah dengan jalan yang sebaik-baiknya). Mereka diperlakukan secara personal, dan dihubungi secara istimewa, langsung, bertemu pribadi sambil diberikan keterangan, pemahaman dan perenungan (tadzkir) tentang Islam. Cara ini dilakukan oleh Raden Rahmat atau Sunan Ampel ketika berdakwah kepada Adipati Aria Damar dari Palembang. Berkat keramahan dan kebijaksanaan Raden Rahmat, Aria Damar masuk Islam bersama istri dan seluruh penduduk negeri yang dipimpinnya. Metode itu dipergunakan pula oleh Sunan Kalijaga ketika berdakwah mengajak Adipati Pandanarang di Semarang. Mulanya terjadi perdebatan seru, tetapi perdebatan itu kemudian berakhir dengan rasa tunduk Sang Adipati untuk masuk Islam. Kejadian mengharukan ketika Adipati rela melepaskan jabatan dan rela meninggalkan harta dan keluarga untuk bergabung dalam dakwah Sunan Kalijaga.
Beberapa wali bahkan telah membuktikan diri sebagai Kepala daerah seperti misalnya Sunan Giri, Sunan Gunung Jati, dan Sunan Kudus yang berkuasa di daerah-daerah di sekitar kediaman mereka. Kekuatan diplomasi dan kemampuan dalam berhujjah atas kekuatan pemerintahan Majapahit yang sedang berkuasa ditunjukkan oleh Sunan Ampel, Sunan Gresik dan Sunan Majagung. Alhasil, Prabu Brawijaya I (Raja yang sedang berkuasa di Majapahit saat itu) memberi izin kepada mereka untuk memilih daerah-daerah yang disukai sebagai tempat tinggal. Di kawasan baru tersebut mereka diberi kebebasan mengembangkan agama, menjadi imam dan bahkan kepala daerah masyarakat setempat.
Dari penjalasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, metode yang digunakan oleh Walisongo dalam berdakwah ada tiga macam, yaitu:
a.    Al-Hikmah (kebijaksanaan) : Al-Hikmah merupakan kemampuan dan ketepatan da’i dalam memilih, memilah dan menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objektif mad’u (objek dakwah). Sebagaimana yang dilakukan oleh Sunan Gudus.
b.    Al-Mau’izha Al-Hasanah (nasihat yang baik) : memberi nasihat dengan kata-kata yang masuk ke dalam kalbu dengan penuh kasih sayang dan ke dalam perasaan dengan penuh kelembutan; tidak membongkar atau membeberkan kesalahan orang lain sebab kelemah-lembutan dalam menasehati seringkali dapat meluluh hati yang keras dan menjinakkan kalbu yang liar, ia lebih mudah melahirkan kebaikan daripada larangan dan ancaman. Inilah yang dilakukan oleh para wali.
c.    Al-Mujadalah Billati Hiya Ahsan (berbantah-bantah dengan jalan sebaik-baiknya) : tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat. Antara satu dengan lainnya saling menghargai dan menghormati pendapat keduanya berpegang kepada kebenaran, mengakui kebenaran pihak lain dan ikhlas menerima hukuman kebenaran tersebut. sebagaimana dakwah Sunan Ampel kepada Adipati Aria Damar dan Sunan Kalijaga kepada Adipati Pandanarang.
Metode-metode tersebut sejalan dengan Firman Allah SWT :“serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (An-Nahl : 125).
5.    Media
a.    Masjid
Dimana masjid ini di gunakan sebagai tempat ibadah dan masjid Demak juga di jadikan sentral seluruh aktivitas dan social kemasyarakatan.
b.    Wayang
Wayang sesungguhnya merupakan boneka yang terbuat dari kulit kerbau atau sapi, pipih yang memiliki dua tangan yang dapat digerakkan dengan stik dan dimainkan oleh seorang dalang, Oleh karenanya, di dalam cerita wayang itulah terkandung nilai moral dan akhlak, perihal keimanan sampai pada thariqah (jalan) menuju ketaqwaan kepada Allah.
c.    Pesantren
Di mana pesantren ini berfungsi sebagai sarana mengamalkan dan mengabdikan ilmunya kepada masyarakat, dari pesantren yang telah didirikan lahirlah para Da’I yang memiliki kemampuan tinggi yang tinggi dalam memperjuangjan dakwah selanjutnya.
d.   Kitab
Kitab yang berbentuk puisi maupn prosa, kitab inilah yang kemudian dikenal dengan Suluk Sunan Bonang.
e.    Gamelan
Alat musik yang di gunakan untuk mengiringi tembang/lagu – lagu Jawa yang bernuansa islam.
D.      Eksistensi metode dakwah Walisongo di masa kini
Beberapa metode dan media yang digunakan Walisongo dalam berdakwah saat ini tidak semuanya utuh dijadikan metode dan media dakwah pada masa kini. Akan tetapi, ada beberapa media dan metode yang lebih dikembangkan lagi guna meneruskan misi dakwah Islam. Untuk lebih jelasnya kami uraikan sebagai berikut :
1.    Metode
a.    Ceramah
Dakwah secara umum tidak lepas dari model ceramah , meskipun ada banyak dakwah yang tidak menggunakannya. Oleh karena itu, sampai saat ini model ceramah masih tetap digunakan dalam rangka dakwah islam.
b.   Tanya jawab dan diskusi
Sampai saat ini bukan hanya dalam ranah dakwah saja metode tanya jawab dan diskusi digunakan, bahkan dalam dunia pendidikan-pun lebih di dominasi oleh kedua model ini. Karena hal ini dinilai sangat efektif untuk dapat mengetahui kekurangan yang dimiliki orang lain dan akan semakin mudah menanamkan nilai-nilai pada diri seseorang melelalui kekurangannya.
c.    Konseling
Dalam dunia dakwah sepertinya jarang ditemui bimbingan-bimbingan konseling yang benar-benar melayani masyarakat (urusan agama). Misalnya, balai desa saja hanya digunakan untuk kebutuhan administrasi kenegaraan bukan intus keagamaan.
d.   Keteladanan
Yang seharusnya dimiliki oleh seorang da’i adalah suri tauladn yang baik, karena sudah menjadi konsep di masyarakat bahwa mereka akan benar-benar mengikuti ajakan orang-orang yang berjiwa mulia lahir dan batin agar bisa di jadikan panutan.
e.    Pendidikan
Melalui pendidikan kita dapat mengetahui sejarah, nilai-nilai keimanan, dan hukum-hukum syari’at yang mengatur pola hidup kita. Oleh karena itu di setiap lembaga pendidikan baik formal, informal maupun non formal hendaknya terdapat misi dakwah di dalamnya.
f.     Bitsah dan ekspansi
Sudah tidak terlihat lagi ada utusan yang dikirim ke daerah lain untuk melakukan misi dakwah islam karena dengan berkembangnya teknologi dan kemajuan zaman mempermudah kita untuk melakukan dakwah tanpa batasan ruang dan waktu.
g.    Kesenian
Indonesia saat ini memang  sangat ragam dengan budaya dan kesenian terutama musik. Sayangnya, hanya sebatas hiburan saja bukan dalam rangka dakwah. Beberapa tahun lalu, ada sejumlah orang yang melakukan dakwah melalui kesenian yakni musik yang mengatas-namakan kelompoknya dengan dalih “nada dan dakwah”. Melalui musik mereka menanamkan nilai-nilai islam yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.  Ironisnya sampai sekarang sudah tidak ada lagi yang memanfaatkan kesenian seperti musik untuk jalur dakwah bahkan rata-rata bertujuan bisnis dan yang hampir mendekati dakwah yaitu lagu-lagu yang tergolong “album religi”.
h.    Kelembagaan pusatt/ lembaga dakwah
Kelembagaan pusatt/ lembaga dakwah yang terkenal dan masih eksis samapai saat ini yaitu masjid/musholah dan pondok pesantren. Kedua lembaga ini masih ada di setiap daerah yang masih kental dengan budaya islam di indonesia. Karakteristik pesantren masa kini dibandingkan puluhan tahun lalu sebenarnya hampir sama, hanya saja mungkin terdapat penambahan karakteristik sesuai perkembangan zaman. Contohnya di awal kemunculan, dalam pesantren belum terdapat lab komputer dengan segala atribut pelengkapnya  menjadi hal yang tidak dapat terpisahkan, sekalipun lokasi pesantren yang jauh dari perkotaan.
i.      Silaturrahim
Yang terlihat dimasyarakat, masih ada sejumlah orang yang melakukan metode ini dalam rangka dakwah islam atau dikenal dengan jama’ah tabligh. Sayangnya bukan mendapat respon positif dan justru malah menjadi bahan gunjingan denagn hadirnya mereka di daerahnya. Sebenarnya kalau kita koreksi lagi, merekalah yang satu-satunya yang masih melanjutkan dakwah islam dengan cara silaturrahim. Tetapi mengapa justru kurang di terima oleh kebanyakn orang? Mungkin mereka mengira bahwa mereka yang datang adalah teroris atau aliran sesat.

j.      Propaganda
Setiap har jum’at setiap umat islam khusunya laki-laki memiliki kewajiban ibadah shalat jum’at di masjid.  Pelaksanaan shalat jum’at diwalai dengan khutbah oleh seorang imam lalu melaksanakan shalat jum’at 2 rakaat. Hal ini menunjukkan bahwa metode ini masih digunakan untuk dakwah islam yakni dengan adanya khutbah yang isinya adalah dakwah.






BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.   Kesimpulan
      WaliSongo adalah Sembilan orang Wali mereka adalah:
Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria serta, Sunan Gunung Jati.
Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid.
     Peran Walisongo dalam berbagai bidang, yaitu :
1.    Bidang Pendidikan
2.    Bidang Politil
3.    Bidang Dakwah
Unsur–unsure dakwah WaliSongo meliputi :
1. Da’I (Al-ulama wa Al-umara)
2. Mad’u (Mad’u Ijabah dan Ummah)
3. Materi(Akidah, Syariah dan Muamalah)
4. Metode(Ceramah, Tanya Jawab, Konseling, Keteladanan, Pendidikan,   Bitsah, Ekspansi, Kesenian, Silaturahmi, kelembagaan, Karya Tulis, Drama, Propaganda, dan Diskusi).
5. Media(Masjid, Wayang, Pesantren, Kitab, Gamelan).
Eksistensi metode dakwah Walisongo pada masa kini, yakni :melalui metode ceramah, tanya jawab dan diskusi, konseling, keteladanan, bitsah dan ekspansi, kesenian, kelembagaan pusat/lembaga dakwah, silaturrahim dan propaganda.
B.   Saran
      Dengan menyelesaikan makalah ini penulis mengharapkan para pembaca bisa paham dan dapat mengetahui apa yang kami sampaikan mengenai islam pada zaman walisongo dan dengan terselesaikannya makalah ini saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun.



DAFTAR PUSTAKA
Saifullah Mohd Sawi, Sejarah dan Tamadun Islam di Asia Tenggara, Malaysia: Karisma, 2009.
Sejarah Pendidikan Islam, Cet.VII, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2004.
Wahyu Ilahi & Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, Cet I, Jakarta: Kencana, 2007.
www.google.com, WaliSongo Diakses pada tanggal 03 April 2011.