MAKALAH
METODOLOGI STUDI ISLAM DAN RUANG LINGKUPNYA
Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Studi Islam
Dosen Pengampuh Rimanto, M.H.I
Disusun Oleh:
1.
Achmad Mirza Prasetya
2. Adelia Divega
JURUSAN SYARIAH
PRODI PENDIDIKAN HUKUM
EKONOMI SYARIAH
SEKOLAH TINGGI ILMU
SYARIAH MUHAMMADIYAH (STIS)
PRINGSEWU-LAMPUNG
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji
syukur kehadirat AllahSubhanahu Wata’ala, yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.Sholawat sertasalamtidak lupa kami haturkan kepada Nabi
Muhammad Salallahu ‘Alaihi Wassalam. Dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada pembimbing yang telah bersedia membimbing kami dalam
penyusunan makalah ini, sehingga penyusunan makalah dengan judul “Metodologi Studi Islam Dan Ruang
Lingkupnya’’ dapat terselesaikan tanpa ada halangan apapun. Penyelesaian
makalah ini adalah sebagai salah satu tugas mata kuliah “Metode Studi Islam”.
Penyusunan makalah ini berdasarkan literatur yang
ada.Penyusun menyadari akan adanya kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Namun, makalah ini sedikit banyaknya bermanfaat bagi penyusun khususnya dan
mahasiswa/i lainnya.
Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna, dengan hati terbuka kami menerima kritik dan saran yang sifatnya
membangun.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Pringsewu, 2 Oktober 2016
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR............................................................................................
i
DAFTAR
ISI............................................................................................................ ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................. 1
C..
Tujuan Penulisan............................................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Metodologi Studi Islam................................................................... 2-3
B. RuangLingkup
Metodologi StudiIslam............................................................. 3-8
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan........................................................................................................ 9
B.
Saran.................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 10
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada awal tahun 1970-an berbicara
mengenai penelitian agama dianggap tabu.
Orang akan berkata : “kenapa agama
yang sudah begitu mapan mau diteliti, agama adalah wahyu Allah”.
Sikap serupa terjadi di Barat. Dalam
pendahuluan buku Seven Theories Of Religion dikatakan, dahulu orang Eropa
menolak anggapan adanya kemungkinan meniliti agama. Sebab, antara ilmu dan
nilai, antara ilmu dan agama (kepercayaan), tidak bisa disinkronkan.
Kehadiran agama Islam yang dibawa
Nabi Muhammad Saw diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang
sejahtera lahir dan batin.Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan
manusia, sebagaimana terdapat di dalam sumber ajarannya, Alquran dan Hadist,
tampak amat ideal dan agung. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan
progresif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual,
senantiasa mengembangkan kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka,
demokratis, berorientasi pada kualitas, egaliter, kemitraan, anti-feodalistik,
mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia dan bersikap
positif lainnya.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa pengertian
metodologi studi islam?
2. Apa saja
ruang lingkup metodologi studi islam?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Melatih diri dalam pembuatan karya ilmiah
2.
Mengetahui Pengertian Metodologi Studi Islam
3.
Mengetahui Ruang Lingkup Metodologi Studi Islam
4.
Melengkapi tugas Mata Kuliah Metode Studi Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Metodologi
Menurut bahasa (etimologi), metode berasal dari bahasa
Yunani, yaitu meta (sepanjang), hodos (jalan). Jadi,
metode adalah suatu ilmu tentang cara atau langkah-langkah
yang di tempuh dalam suatu disiplin tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.
Metode berarti ilmu cara menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Metode juga
disebut pengajaran atau penelitian.
Metode dalam
bahasa Arab, dikenal dengan istilah Thariqah yang berarti langkah-langkah
strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan.
Dalam dunia
keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut dengan metode, yaitu cara kerja untuk
dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikaji. Lebih jauh
Peter R Senn mengemukakan “metode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui
sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis”.
Menurut
istilah“metodologi” berasal dari bahasa yunani yakni metodhos dan logos,
methodos berarti cara, kiat dan seluk beluk yang berkaitan dengan upaya
menyelsaikan sesuatu, sementara logos berarti ilmu pengetahuan, cakrawala dan
wawasan. Dengan demikian metodologi adalah metode atau cara-cara yang berlaku
dalam kajian atau penelitian.
Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Metodologi adalah ilmu tentang metode.
Metodologi adalah masalah yang
sangat penting dalam sejarah pertumbuhan ilmu, metode kognitif yang betul untuk
mencari kebenaran adalah lebih penting dari filsafat, sains, atau hanya
mempunyai bakat.
Cara
dan prosedur untuk memperoleh pengetahuan dapat ditentukan berdasarkan disiplin
ilmu yang dikajinya, oleh karena itu dalam menentukan disiplin ilmu kita harus
menentukan metode yang relevan dengan disiplin itu, masalah yang dihadapi
dalam proses verivikasi ini adalah bagaimana prosedur kajian dan cara dalam
pengumpulan dan analisis data agar kesimpulan yang ditarik memenuhi
persyaratan berfikir induktif. Penetapan prosedur kajian dan cara ini disebut
metodologi kajian atau metodologi penelitian
Selain
itu metodelogi adalah pengetahuan tentang metode-metode, jadi metode penelitian
adalah pengetahuan tentang berbagai metode yang digunakan dalam
penelitian.
Louay Safi mendefinisaikan metodologi sebagai bidang peenelitian
ilmiah yang berhubungan dengan pembahasan tentang metode-metode yang digunakan
dalam mengkaji fenomena alam dan manusia atau dengan kata lain metodologi
adalah bidang penelitian ilmiah yang membenarkan, mendeskripsikan dan
menjelaskan aturan-aturan, prosedur-prosedur sebagai metode ilmiah.
Ketika
metode digabungkan dengan kata logos maknanya berubah.Logos berarti “studi
tentang” atau “teori tentang”. Oleh karena itu, metodologi tidak lagi sekedar
kumpulan cara yang sudah diterima(well received) tetapi berupa berupa kajian
tentang metode. Dalam metodologi dibicarakan kajian tentang cara kerja ilmu
pengetahuan. Pendek kata, bila dalam metode tidak ada perbedaan, refleksi dan
kajian atas cara kerja ilmu pengetahuan, sebaliknya dalam metodologi terbuka
luas untuk mengkaji, mendebat, dan merefleksi cara kerja suatu ilmu. Maka dari
itu, metodologi menjadi menjadi bagian dari sistematika filsafat, sedangkan
metode tidak.
Metodologi
adalah ilmu cara-cara dan langkah- langkah yang tepat ( untuk menganalisa
sesuatu) penjelasan serta menerapkan cara
Istilah metodologi studi islam digunakan ketika seorang ingin
membahas kajian- kajian seputar ragam metode yang biasa digunakan dalam studi
islam. Sebut saja misalnya kajian atas metode normative, historis, filosofis,
komparatif dan lain sebagainya.
Metodologi
studi islam mengenal metode-metodeitu sebatas teoritis. Seseorang yang
mempelajarinya juga belum menggunakannya dalam praktik.Ia masih dalam tahap
mempelajari secara teoritis bukan praktis.
Kelebihan Kajian Islam antara lain
:
1.
Memberikan wawasan yang luas tentang islam baik dari segi
aspek-aspek ajarannya maupun dari segi aliran-aliran pemikirannya.
2.
Umat akan memiliki sikap fleksibel jika berhadapan dengan
pihak lain yang berbeda aliran
madzhabnya, bahkan berbeda agamanya.
3.
Umat akan memiliki banyak alternatif untuk menganut sakah
satu pemikiran, madzhab atau pemahaman yang dianggap lebih sesuai dan
meyakinkan jiwa da pikirannya sesuai dengan situasi, tempat dan zaman yang
selalu berkembang dinamis.
Kelemahan Kajian Islam antara lain
:
1.
Umat pengetahuan terbatas hanya pada satu madzhab
tertentu, padahal masih terdapat banyak madzhab yang lain, yang boleh jadi
lebih relevan.
2.
Umat menjadi kaku ketika berhadapan dengan umat lain tang
berbeda madzhab. Mereka mengira hanya ada satu madzhab dan hanya madzhabnya
saja yang benar.
3.
Umat tidak memliki pilihan alternatif pemikiran sesuai
dengan perkembangan tempat dan zaman yang perkembanganya sangat dinamis.
B.
Ruang
Lingkup Metodologi Studi Islam
Pembahasan kajian keislaman
mengikuti wawasan dan keahlian para pengkajinya, sehingga terkesan ada nuansa
kajian mengikuti selera pengkajinya, secara material, ruang lingkup studi islam
dalam tradisi sarjana barat, meliputi pembahasan mengenai ajaran, doktrin, teks
sejarah dan instusi-instusi keislaman pada awalnya ketertarikan sarjana barat
terhadap pemikiran islam lebih karena kebutuhan akan penguasaan daerah koloni.
Mengingat daerah koloni pada umumnya adalah Negara Negara yang banyak
didomisili warga Negara yang beragama islam, sehingga mau tidak mau mereka
harus faham budaya lokal. Kasus ini dapat dilihat pada perang aceh sarjana
belanda telah mempelajari islam terlebih dahulu sebelum diterjunkan dilokasi
deengan asumsi ia telah memahami budaya dan peradapan massyarakat aceh yang
mayoritas beragama islam.
Islam dipahami dari sisi ajaran,
doktrin dan pemahaman masyarakat debngan asumsi dapat diketahui tradisi dan
kekuatan masyarakat setempat. Setaelah itu pemahaman yang telah menjadi input
bagi kaum orentalis diambil sebagai dasar kebijakan oleh penguasa colonial yang
tentunya lebih menguntungkan mereka ketimbang rakyat banyak diwilayah
jajahanya. Hasil studi ini sesungguhnya lebih menguntungkan kaum penjajah tatas
dasar masukan ini para penjajah colonial dapat mengambil kebijakan didaerah
koloni dengan mempertimbangkan budaya lokal. Atas masukkan ini, para penjajah
mampu membuat kekuatan social, masyarakat terjajah sesuai dengan
kepentingan dan keutunganya. Setelah mengalami keterpurukan, dunia islam mulai
bangkit memalui para pembaru yang telah dicerahkan. Dari kelompok ini munculah
gagasan agar umat islam mengejar ketertinggalanya dari umat lain.
Agama sebagai obyek studi
minimal dapat dilihat dari segi sisi:
1. Agama
Sebagai Doktrin dari Tuhan
Agama Sebagai doktrin dari Tuhan
yang sebenarnya bagi para pemeluknya sudah final dalam arti absolute, dan
diterima apa adanya. Kata doktrin berasal dari bahasa inggris doctrine yang
berarti ajaran.Dari kata doctrine itu kemudian dibentuk kata doktina, yang
berarti yang berkenaan dengan ajaran atau bersifat ajaran.
Selain kata doctrine sebgaimana
disebut diatas, terdapat kata doctrinaire yang berarti yang bersifat
teoritis yang tidak praktis.Contoh dalam hal ini misalnya doctrainare ideas ini
berrati gagasan yang tidak praktis.
Studi doktinal ini berarti studi
yang berkenaan dengan ajaran atau studi tentang sesuatu yang bersifat teoritis
dalam arti tidak praktis.Mengapa tidak praktis?Jawabannya adalah karena ajaran
itu belum menjadi sesuatu bagi seseorang yang dijadikan dasar dalam berbuat
atau mengerjakan sesuatu.
Uraian ini berkenaan dengan Islam
sebagai sasaran atau obyek studi doctrinal tersebut.Ini berarti dalam studi
doctrinal kali yang di maksud adalah studi tentang ajaran Islam atau studi
Islam dari sisi teori-teori yang dikemukakan oleh Islam.
Islam di definisikan oleh sebagian
ulama sebagai berikut: “al-Islamu wahyun ilahiyun unzila ila nabiyyi
Muhammadin Sallahu`alaihi wasallam lisa`adati al-dunya wa al-akhirah” (Islam
adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman untuk
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat).
Berdasarkan pada definisi Islam
sebagaimana di kemukakan di atas, maka inti dari Islam adalah wahyu. Sedangkan
wahyu yang dimaksud di atas adalah al-Qur`an dan al-Sunnah. Al-Qur`an yang kita
sekarang dalam bentuk mushaf yang terdiri tiga puluh juz, mulai dari surah
al-Fatihah dan berakhir dengan surah al-Nas, yang jumlahnya 114 surah.
Sedangkan al-Sunnah telah
terkodifikasi sejak tahun tiga ratus hijrah.Sekarang ini kalau kita ingin lihat
al-Sunnah atau al-Hadist, kita dapat lihat di berbagai kitab hadist.Misalnya
kitab hadist Muslim yang disusun oleh Imam Muslim, kitab hadist Shaleh Bukhari
yang ditulis Imam al-Bukhari, dan lain-lain.
Dari kedua sumber itulah, al-Qur`an
dan al-Sunnah, ajaran Islam diambil. Namun meski kita mempunyai dua sumber,
sebagaimana disebut diatas, ternyata dalam realitasnya, ajaran Islam yang
digali dari dua sumber tersebut memerlukan keterlibatan tersebut dalam bentuk
ijtihad.
Dengan ijtihad ini, maka ajaran
berkembang.Karena ajaran Islam yang ada di dalam dua sumber tersebut ada yang
tidak terperinci, banyak yang diajarkan secara garis besar atau global.
Masalah-masalah yang berkembang kemudian yang tidak secara terang disebut di
dalam dua sumber itu di dapatkan dengan cara ijtihad.
Dengan demikian, maka ajaran Islam
selain termaktub pula di dalam penjelasan atau tafsiran-tafsiran para ulama
melalui ijtihad itu.
Hasil ijtihad selama tersebar dalam
semua bidang, bidang yang lain. Semua itu dalam bentuk buku-buku atau
kitab-kitab, ada kitab fiqih, itab ilmu kalam, kitab akhlaq, dan lain-lain.
Sampai disini jelaslah, bahwa
ternyata ajaran Islam itu selain langsung diambil dari al-Qur`an dan al-Sunnah,
ada yang diambil melalui ijtihad. Bahkan kalau persoalan hidup ini berkembang
dan ijtihad terus dilakukan untuk mencari jawaban agama Islam terhadap
persoalan hidup yang belum jelas jawabannya di dalam suatu sumber yang pertama
itu.Maka ajaran yang diambil dari ijtihad ini semakin banyak.
Studi Islam dari sisi doctrinal itu
kemudian menjadi sangat luas, yaitu studi tentang ajaran Islam baik yang ada di
dalam al-Qur`an maupun yang ada di dalam al-Sunnah serta ada yang menjadi
penjelasan kedua sember tersebut dengan melalui ijtihad.
Jadi sasaran studi Islam doctrinal
ini sangat luas. Persoalannya adalah apa yang kemudian di pelajari dari sumber
ajaran Islam itu
2.
Sebagai Gejala
Budaya
Berarti seluruh yang menjadi kreasi
manusia dalam kaitannya dengan agama, termasuk pemahaman orang terhadap doktrin
agamanya. Pada awalnya ilmu hanya ada dua suatu
penemuan yang dihasilkan seseorang pada sewaktu-waktu mengenai suatu gejala
sifat alam.
Agama merupakan kenyataan yang dapat
dihayati.Sebagai kenyataan, berbagai aspek perwujudan agama bermacam-macam,
tergantung pada aspek yang dijadikan sasaran studi dan tujuan yang hendak
dicapai oleh orang yang melakukan studi.
Cara-cara pendekatan dalam
mempelajari agama dapat dibagi ke dalam dua golongan besar, yaitu model studi
ilmu-ilmu social dan model studi budaya.
Tujuan mempelajari agama Islam juga
dapat dikategorikan ke dalam dua macam, yang pertama, untuk mengetahui,
memahami, menghayati dan mengamalkan.Kedua, untuk obyek penelitian.Artinya,
kalau yang pertama berlaku khusus bagi umat Islam saja, baik yang masih awam,
atau yang sudah sarjana.Akan tetapi yang kedua berlaku umum bagi siapa saja,
termasuk sarjana-sarjana bukan Isalam, yaitu memahami.Akan tetapi realitasnya
ada yang sekedar sebagai obyek penelitian saja.
Untuk memahami suatu agama,
khususnya Islam memang harus melalui dua model, yaitu tekstual dan
konstektual.Tekstual, artinya memahami Islam melalui wahyu yang berupa kitab
suci.Sedangkan kontekstual berarti memahami Islam lewat realitas social, yang
berupa perilaku masyarakat yang memeluk agama bersangkutan.
Studi budaya di selenggarakan dengan
penggunaan cara-cara penelitian yang diatur oleh aturan-aturan kebudayaan yang
bersangkutan.
Kebudayaan adalah keseluruhan
pengetahuan yang dipunyai oleh manusia sebagai mahkluk social yang isinya
adalah perangkat-perangkat model-model pengetahuan yang secara selektif dapat
digunakan untuk memahami dan menginterprestasi lingkungan yang di hadapi, dan
untuk mendorong dan menciptakan tindakan-tindakan yang diperlukan.
Islam merupakan agama yang
diwahyukan Allah SWT.Kepada Nabi Muhammad SAW.sebagai jalan hidup untuk meraih
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Agama islam disebut juga agama samawi
.selain agama Islam, Yahudi dan Nasrani juga termasuk ke dalam kategori agama samawi.
Sebab keduanya merupakan agama wahyu yang diterima Nabi Musa dab Nabi Isa
sebagai utusan Allah yang menerima pewahyuan agama Yahudi dan Nasrani.
Agama wahyu bukan merupakan bagian
dari kebudayaan. Demikian pendapatEndang Saifuddin Anshari yang mengatakan
dalam suatu tulisannya bahwa:
“agama samawi dan kebudayaan tidak
saling mencakup; pada prinsipnya yang satu tidak merupakan bagian dari yang
lainnya; masing-masing berdiri sendiri. Antara keduanya tentu saja dapat saling
hubungan dengan erat seperti kita saksikan dalam kehidupan dan penghidupan
manusia sehari-hari.Sebagaimana pula terlihat dalam hubungan erat antara suami
dan istri, yang dapat melahirkan putra, namun suami bukan merupakan bagian dari
si istri, demikian pula sebaliknya.
Atas dasar pandangan di atas, maka
agama Islam sebagai agama samawi bukan merupakan bagian dari kebudayaan
(Islam), demikian pula sebaliknya kebudayaan Islam bukan merupakan bagian dari
agama Islam.Masing-masing berdiri sendiri, namun terdapat kaitan erat antara
keduanya. Menurut Faisal Ismail, hubungan erat itu adalah bahwa Islam merupakan
dasar, asas pengendali, pemberi arah, dan sekaligus merupakan sumber
nilai-nilai budaya dalam pengembangan dan perkembangan cultural. Agama
(Islam)lah yang menjadi pengawal, pembimbing, dan pelestari seluruh rangsangan
dan gerak budaya, sehingga ia menjadi kebudayaan yang bercorak dan beridentitas
Islam.
Lebih jauh Faisal menjelaskan bahwa
walaupun memiliki keterkaitan, Islam dan kebudayaan merupakan dua entitas yang
berbeda, sehingga keduanya bisa dilihat dengan jelas dan tegas.Shalat misalnya
adalah unsure (ajaran) agama, selain berfungsi untuk melestarikan hubungan
manusia dengan Tuhan, juga dapat melestarikan hubungan manusia dengan manusia
juga menjadi pendorong dan penggerak bagi terciptanya kebudayaan. Untuk tempat
sholat orang membangun masjid dengan gaya arsitektur yang megah dan indah,
membuat sajadah alas untuk bersujud dengan berbagai disain, membuat tutup
kepala, pakaian, dan lain-lain. Itulah yang termasuk aspek kebudayaan.
Proses interaksi Islam dengan budaya
dapat terjadi dalam dua kemungkinan. Pertama adalah Islam mewarnai,
mengubah, mengolah, an memperbaharui budaya. Kedua, justru Islam yang
diwarnai oleh kebudayaan. Masalahnya adalah tergantung dari kekuatan dari
dua entitas kebudayaan atau entitas keislaman. Jika entitas kebudayaan yang
kuat maka akan muncul muatan-muatan local dalam agama, seperti Islam Jawa.
Sebaliknya, jika entitas Islam yang kuat mempengaruhi budaya maka akan muncul
kebudayaan Islam.
Agama sebagai budaya, juga dapat
diihat sebagai mekanisme control, karena agama adalah pranata social dan gejala
social, yang berfungsi sebagai kontro, terhadap institus-institus yang ada.
Dalam kebudayaan dan peradaban
dikenal umat Islam berpegang pada kaidah: Al-Muhafadhatu ala al-qadim
al-shalih wa al-akhdzu bi al jaded alashlah, artinya: memelihara pada
produk budaya lama yang baik dan mengambil produk budaya baru yang lebih baik.
Oleh karena itu, dapat di simpulkan
bahwa hasil pemikiran manusia yang berupa interprestasi terhadap teks suci itu
disebut kebudayaan, maka sisitem pertahanan Islam, system keuangan Islam, dan
sebagainya yang timbul sebagai hasil pemikiran manusia adalah kebudayaan pula.
Kalaupun ada perbedaannya dengan kebudayaan biasa, maka perbedaan itu terletak
pada keadaan institusi-institusi kemasyarakatan dalam Islam, yang disusun atas
dasar prinsip-prinsip yang tersebut dalam al-Qur`an.
3.
Sebagai Interaksi Sosial
Yaitu realitas umat Islam.Bila islam
dilihat dari tiga sisi, maka ruang lingkup studi islam dapat
dibatasi pada tiga sisi tersebut. Oleh karena sisi doktrin merupakan suatu
keyakinan atas kebenaran teks wahyu, maka hal ini tidak memerlukan penelitian
didalamnya.
Melalui pendekatan antropologi
hubungan agama dengan berbagai masalh kehidupan manusia, dan dengan itu pula
agama terlihat akrab dan fungsional dan berbagai fenomena kehidupan manusia.
Islam sebagai sasaran studi social
ini dimaksudkan sebagai studi tentang Islam sebagai gejala social.Hal ini
menyangkut keadaan masyarakat penganut agama lengkap dengan struktur, lapisan
serta berbagai gejala social lainnya yang saling berkaitan.
Dengan demikian yang menjadi obyek
dalam kaitan dengan Islam sebagai sasaran studi social adalah Islam yang telah
menggejala atau yang sudah menjadi fenomena Islam.Yang menjadi fenomena adalah
Islam yang sudah menjadi dasar dari sebuah perilaku dari para pemeluknya.
M. Atho Mudzhar, menulis dalam
bukunya, pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, bahwa ada lima
bentuk gejala agama yang perlu diperhatikan dalam mempelajari atau menstudi
suatu agama. Pertama, scripture atau naskah-naskah atau sumber ajaran
dan symbol-simbol agama.Kedua, para penganut atau pemimpin atau pemuka
agama, yaitu yang berkenaan dengan perilaku dan penghayatan para penganutnya.Ketiga,
ritus-ritus, lembaga-lembaga dan ibadat-ibadat, seperti shalat, haji,
puasa, perkawinan dan waris.Keempat, alat-alat, organisasi-organisasi
keagamaan tempat penganut agama berkumpul, seperti NU dan lain-lain.
Masih menurut M. Atho Mudzhar, agama
sebagai gejala social, pada dasarnya bertumpu pada konsep sosiologi
agama.Sosiologi agama mempelajari hubungan timbal balik antara agama dan
masyarakat.Masyarakat mempengaruhi agam, dan agama mempengaruhi masyarakat.Tetapi
menurutnya, sosiologi sekarang ini mempelajari bukan masalah timbale balik itu,
melainkan lebih kepada pengaruh agama terhadap tingkah laku
masyarakat.Bagaimana agama sebagai system nlai mempengaruhi masyarakat.
Meskipun kecenderungan sosiologi
agama. Beliau member contoh teologi yang dibangun oleh orang-orang syi`ah,
orang-orang khawarij, orang-orang ahli al-Sunnah wa al-jannah dan lain-lain.
Teologi-teologi yang dibangun oleh para penganut masing-masing itu tidak lepas
dari pengaruh pergeseran perkembangan masyarakat terhadap agama.
Persoalan berikutnya adalah
bagaimana lita melihat masalah Islam sebagai sasaran studi social. Dalam
menjawab persoalan ini tentu kita berangkat dari penggunaan ilmu yang dekat
dengan ilmu kealaman, karena sesungguhnya peristiwa-peristiwa yang terjadi
mengalami keterulangan yang hampir sama atau dekat dengan ilmu kealaman, oleh
karena itu dapat diuji.
Jadi dengan demikian metodologi studi
Islam dengan mengadakan penelitian social. Penelitian social berada diantara
ilmu budaya mencoba memahami gejala-gejala yang tidak berulang tetapi dengan
cara memahami keterulangan.
Sedangkan ilmu kealaman itu sendiri
paradigmanya positivism.Paragdima positivism dalam ilmu ini adalah sesuatu itu
baru dianggap sebagai ilmu kalau dapat dimati (observable), dapat diukur
(measurable), dan dapat dibuktikan (verifiable).Sedangkan ilmu
budaya hanya dapat diamati.Kadang-kadang tidak dapat diukur atau
diverifikasi.Sedangkan ilmu social yang diangap dekat dengan ilmu kealaman
berarti juga dapat diamati, diukur, dan diverifikasi.
Melihat uraian di atas, maka jika
Islam dijadikan sebagai sasaran studi social, maka harus mengikuti paragdima
positivism itu, yaitu dapat diamati gejalanya, dapat diukur, dan dapat
diverifikasi.
Hanya saja sekarang ini juga berkembang
penelitian kualitatif yang tidak menggunakan paragdima positivisme.Ini berarti
ilmu social itu dianggap tidak dekat kepada ilmu kealaman.Jika halnya demikian,
maka berarti dekat kepada ilmu budaya ini berarti sifatnya unik.
Lima hal sebagai gejala agama yang
telah disebut di atas kemudian dapat dijadikan obyek dari kajian Islam dengan
menggunakan pendekatan ilmu social sebagaimana juga telah dungkap diatas.
Masalahnya tokoh agama Islam,
penganut agama Islam, interaksi antar umat beragama, dan lain-lain dapat
diangkat menjadi sasaran studi Islam.
Aspek-aspek Sasaran Study Islam
1.
Aspek sasaran Keagamaann
Kerangka ajaran yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits tetap di jadikan
sandaran sentral agar kajian keislaman tidak keluar dan tercabut dari text dan
konteks. Dari aspek sasaran tersebut, wacana keagamaan dapat di tranformasikan
secara baik dan menjadikan landasan kehidupan dalam berperilaku tanpa
melepaskan kerangka normativ.Elemen dasar keislamaman yang harus dijadikan
pegangan : Pertama, Islam sebagai dogma
juga merupakan pengalaman universal dari kemanusiaan. Oleh karena itu sasaran
study islam di arahkan pada aspek-aspek praktik dan emprik yang memuat
nilai-nilai keagamaan agar di jadikan. Kedua, Islam tidak hanya terbatas pada
kehidupan setelah mati tapi orientasi utama adalah dunia sekarang. Dengan
demikian sasaran study islam diarahkan pada pemahaman terdapat sumber-sumber
ajaran islam, pokok-pokok ajaran islam sejarah islam dan aplikasi dalam
kehidupan islam. Oleh karena itu sudy islam dapat mempertegas memperjelas
wilayah agama yang tidak bisa dianalisis dengan kajian empirik yang kebenarannya relatif.
2.
Aspek Sasaran Keilmuan
Study Keilmuan
memerlukan pendekatan kritis, analistis, metodologis, empiris, dan historis.
Dengan demikian study islam sebagai aspek sasaran keilmuan membutuhkan berbagai
pendekatan. Selain itu, ilmu pengetahuan tidak kenal dan tidak terikat pada
wahyu. Ilmu pengetahuan beranjak dan terikat pada pemikiran rasional. Oleh
karena itu kajian keislaman yang bernuansa ilmiah meliputi aspek kepercayaan
normativ dogmativ yang bersumber dari wahyu dan aspek perilaku manusiayang lahir dari dorongan kepercayaan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
pembahasan makalah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa, menurut bahasa
(etimologi), metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu meta (sepanjang), hodos (jalan). Jadi,
metode adalah suatu ilmu tentang cara atau langkah-langkah yang di tempuh dalam suatu disiplin tertentu
untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut
istilah“metodologi”
berasal dari bahasa yunani yakni metodhos dan logos, methodos berarti cara,
kiat dan seluk beluk yang berkaitan dengan upaya menyelsaikan sesuatu, sementara
logos berarti ilmu pengetahuan, cakrawala dan wawasan.
Pengertian studi
islam adalah pengetahuan yang dirumuskan dari agama islam yang dipraktekkan
dalam sejarah dan kehidupan manusia. Sedang pengetahuan agama adalah
pengetahuan yang sepenuhnya diambil dari ajaran-ajaran Allah dan rosul-Nya
secara murni tanpa dipengaruhi sejarah, seperti ajaran tentang akidah,ibadah,
membaca al-qur’an dan akhlak.
Studi islam juga
memiliki tujuan yaitu untuk menunjukkan relasi islam dengan berbagai aspek
kehidupan manusia, menjelaskan spirit (
jiwa ) berupa pesan moral dan value
yang terkandung di dalam berbagai cabang studi islam, respons islam terhadap
berbagai paradigm baru dalam kehidupan sebagai akibat dari kemajuan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi serta munculnya filsafat dan ideologi baru serta
hubungan islam dengan visi, misi dan tujuan ajaran islam.
Ruang lingkup studi Islam
meliputi pembahasan
mengenai ajaran, doktrin, teks sejarah dan instusi-instusi keislaman.Agama sebagai obyek studi minimal
dapat dilihat dari segi sisiagama sebagai doktrin dari Tuhan, sebagai gejala sosial, dan sebagai
interaksi sosial.
B.
Saran
Demi
kecintaan terhadap ilmu pengetahuan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
dapat membangun demi perbaikan makalah ini di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rozak, Metodologi Studi Islam, Bandung :
Pustaka Setia , 2008
Atho Mudzahar, Pendekatan Studi Islam,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar , 2007
Mukti Ali, Metodologi Memahami Agama Islam,
Jakarta : Bulan Bintang, 1991
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta:
Rajawali Pres, 2012
https://ceritakuaja.wordpress.com/2013/05/28/makalah-pengertian-metodologi-islam/
Tidak ada komentar:
Write komentar